Minggu, 25 Maret 2012

Pilih Mana: BBM Naik atau Gaji PNS Turun?



Jakarta - Kenaikan minyak harga minyak dunia saat ini membuat pemerintah harus mengambil tindakan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jadi Rp 6.000 per liter. Atau bisa juga memotong gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Hal ini seperti dikatakan Direktur Pengendalian Produksi BP Migas, Rudi Rubiandini. Menurutnya kenaikan harga minyak di sisi lain memberikan keuntungan di sektor hulu, namun pada dasarnya dengan produksi minyak yang saat ini terus turun Indonesia justru menanggung kerugian besar.

"Jadi kalau harga BBM seperti Premium dan Solar tetep Rp 4.500 per liter, dan tidak segera naik, salah satu dampaknya gaji PNS bisa jadi dipotong," kata Rudi yang dihubungi detikfinance, Senin (26/3/2012).

Kenapa bisa? Dijelaskan Rudi, Lifting Minyak Indonesia saat ini sekitar 900 MBOPD atau 900.000 barel per hari (Bph). "Tetapi yang menjadi bagian negara hanya 600 MBOPD, sisanya dibagi-bagi untuk KKKS yang mengebor minyak," kata Rudi.

Sementara, Kebutuhan dalam negeri equivalen sebesar 1.300 MBOPD. Dengan harga BBM US$ 120 per BBI (sudah termasuk ICP (Indonesia Crude Price) US$ 105 dan LRT US$ 15) atau seharga Rp 6.800 per liternya.

"Maka penerimaan negara dari ICP US$ 105 tersebut sekitar Rp 207 triliun dan penerimaan dari SPBU mencapai Rp 340 triliun. Tetapi pengeluaran pengadaan BBM mencapai Rp 512 triliun," ungkapnya.

Sehingga, kata Rudi, pemerintah menerima tabungan dari Industri Migas Rp 35 triliun. "Ya walaupun ada yang membantah seharusnya penerimaan negara bisa Rp 98 triliun seperti kata Kwik Kian Gie , tapi anggaplah sama, nah Rp 35 triliun ataupun Rp 98 triliun itulah sumbangan sebenarnya industri minyak kepada APBN yang tahun ini besarnya Rp 1.400 triliun," ujar Rudi.

Namun sumbangan ke APBN dari Indsutri Minyak bisa jauh lebih besar bukan lagi Rp 35 triliun tetapi Rp 207 triliun. "Tapikan kalau itu ditadak dipakai subsidi BBM sebesar Rp 172 triliun. Tapi sayangnya subsidi tersebut sebagian besar diserap bukan oleh rakyat miskin," tuturnya.

Senin, 19 Maret 2012

Dirut XL: Karyawan XL yang Tak Pindah ke Huawei Justru Iri



Jakarta - XL memberikan beberapa jaminan kepada 1.200 karyawannya yang dipindahkan ke Huawei. Salah satunya, dengan memberikan kepastian mengenai kelangsungan masa kerja mereka di tempat baru.

Menurut Hasnul Suhaimi, Direktur Utama PT XL Axiata, karyawan yang dipindahkan itu sudah diberikan jaminan untuk tidak dipecat selama beberapa tahun masa kerja di Huawei. Setelah itu?

"Pastinya ada proses seperti di perusahaan lain, ada penyeleksian dan sebagainya," kata Hasnul di Hotel Kempinski, Selasa (24/12/2012).

Selain itu, XL juga mengaku memberikan kompensasi terhadap karyawan yang dipindahkan. Salah satu diantaranya dengan memberi uang pensiun dini dan beberapa tunjanganan lainnya sesuai dengan masa kerja karyawan yang bersangkutan.

"Jadi tidak ada masalah dengan karyawan yang dipindahkan, justru kini 200 karyawan lainnya yang merasa iri," pungkas Hasnul.

Ya, dari 1.400 total karyawan XL yang mengurusi masalah jaringan, 1.200 di antaranya sudah resmi menjadi karyawan Huawei. Sedangkan sisanya masih dipertahankan XL.

Mahasiwa ITB 'Curi Ilmu' Huawei di China



Mahasiswa ITB dan Huawei (eno/inet)
Shenzhen, China - Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Filosofi itu melandasi Huawei untuk mengajak serta mahasiwa berprestasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menimba ilmu di Negeri Tirai Bambu.

Ya, kegiatan ini memang hampir setiap tahun dilakukan Huawei. Mahasiswa yang punya prestasi menonjol akan diajak langsung untuk menengok bagaimana kondisi markas besar Huawei di China.

Menurut Yunny Christine, Coorporate Communication Manager Huawei Indonesia, kegiatan tersebut adalah bagian dari program Corporate Social Responsilibility (CSR) yang selama ini sudah dijalin bersama ITB.

Ada serangkaian program CSR yang diberikan Huawei kepada ITB dan ITS. Mulai dari beasiswa, kesempatan magang, dan berbagi ilmu soal teknologi komunikasi melalui berbagai pelatihan yang dilakukan Huawei.

Namun untuk tahun 2012 ini, empat mahasiwa yang beruntung adalah Jason Widagdo, Ivantius Limampauw, Andry Anthony, dan Emanuel Rian Winoto Wicaksono. Mereka semua masih berusia 22 tahun dan masih menimba ilmu di jurusan Elektro Telekomunikasi, ITB. Selain mereka, ikut juga seorang alumi ITB yang yang kini sudah berkarir di Huawei.

"Sebenarnya ada lima mahasiswa, tapi yang satu sedang ada ujian jadi tidak bisa ikut berangkat," kata Yunny, kepada detikINET di Seaview Hotel, Shezhen, China, Senin (19/3/2012).

Dalam kegiatan ini, keempat mahasiwa tersebut juga bekesempatan menimba ilmu lebih banyak di markas besar Huawei, salah satunya melalui pusat Research and Development (RnD) yang menempati salah satu gedung besar.

Di sini para mahasiswa tersebut dapat melihat langsung produk apa saja yang saat ini dikembangkan oleh Huawei. Contohnya, soal teknologi menara pemancar sinyal seluler untuk jaringan operator.

Dari pengamatan detikINET, keempat mahasiswa itu tampak sangat antusias jika dilihat dari cara mereka memperhatikan dan bertanya.

Selain ke Shenzhen, keempat mahasiwa itu rencananya juga akan diajak plesiran ke Beijing untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti sharing ilmu bersama universitas lokal, berkunjung ke kedutaan besar Indonesia, dan lain sebagainya.

Kiamat Kecil' Telekomunikasi



Jakarta - Operator telekomunikasi saat ini sedang galau. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Wajar saja, sebab mereka sedang menghitung hari menuju lonceng kematiannya.

Setidaknya demikian yang tercermin jika melihat kekhawatiran para operator yang berjuang mati-matian agar tak tergerus para over the top (OTT) semacam Google, Facebook dkk, dalam acara "Resisting the Doomsday of Telco Players".

Bisa dimaklumi kekhawatiran itu. Pasalnya, pertumbuhan revenue dari operator di seluruh dunia saat ini sudah melambat, cenderung stagnan, bahkan beberapa sudah meluncur ke arah negatif.

Pertumbuhan jumlah pelanggan ternyata tidak serta-merta mendongkrak performansi keuangan, karena kecenderungan pendapatan per pelanggan atau ARPU (average revenue per user) yang terus turun.

Upaya operator untuk mengkompensasi turunnya trafik suara, seraya meningkatkan trafik data dengan menawarkan paket tarif untuk unlimited data access justru menjadi bumerang. Karena ternyata hanya segelintir pelanggan yang benar-benar memanfaatkan paket unlimited tersebut, sementara trafik yang dihasilkan mendominasi sebagian besar jaringan.

Kehadiran OTT player, yaitu para pemain dunia TI yang memiliki layanan berbasis internet memperparah beban dari operator telko ini.

Sementara Google, Facebook, Apple dengan iTunes-nya, dan internet based service lainnya, meraup untung dari iklan atau penjualan digital goods, operator telko mati-matian berjibaku menghadapi lonjakan trafik data--dimana hal itu membutuhkan investasi yang tidak sedikit.

Padahal, mereka para operator, tidak secuil pun menikmati keuntungan yang dinikmati para OTT player. Contohnya, sesudah Apple meluncurkan iPhone 4s dengan fitur Siri, terjadi pertumbuhan trafik data yang luar biasa di Amerika sana yang disinyalir berasal dari 25 juta iPhone 4s yang terjual di daratan Amerika saja.

Inilah yang disebut dengan fenomena 'Dumb Pipe' alias pipa jaringan penuh, tapi tidak ada revenue yang dihasilkan.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh operator untuk menghindarkan diri dari 'kiamat kecil' ini? Setidaknya ada tiga jurus yang bisa dilakukan oleh operator telko dalam hal ini.

Efisiensi Biaya

Hal ini adalah jurus pertama yang wajib dilakukan untuk bertahan hidup. Bentuknya bisa dengan melakukan kerjasama sama 'sharing network' dimana sejumlah operator berbagi jaringan yang sama untuk melewatkan trafik mereka. Dengan demikian beban biaya bisa dibagi-bagi.

Namun tentu saja ini perlu negosiasi business to business (B2B) yang tidak sederhana. Tapi model ini sudah mulai diterapkan di operator telko di luar negeri, jadi harusnya sangat mungkin untuk diterapkan di tanah air.

Langkah kedua yang mungkin adalah dengan restrukturisasi tarif, dengan menghilangkan paket data unlimited. Operator pasti akan kehilangan sejumlah kecil pelanggan dari langkah ini, tapi akan menghemat sejumlah besar sumber daya bandwidth yang harusnya bisa digunakan untuk kepentingan lain.

Revenue Sharing

Kenyataan bahwa OTT player menangguk untung di atas kesengsaraan operator tentu merupakan suatu bentuk ketidakadilan. Perlu dibuat mekanisme dimana OTT player juga berbagi keuntungan dengan operator yang ditungganginya.

Namun hal ini tentu saja memerlukan intervensi dari regulator, terkait peraturan-peraturan yang mengikat operator. Khusus untuk Indonesia, jika pun aturan revenue sharing itu ada, tetap saja tidak akan menolong operator, karena penghasilan OTT player dari pelanggan di negeri ini masih sangat minim. Jadi yang mau dibagi pun kue nya kecil sekali.

Menjadi OTT Player

Dengan memanfaatkan model cloud computing alias komputasi awan, operator bisa mengeksploitasi infrastruktur yang dimilikinya, jaringan data, dan data center, untuk berubah wujud menjadi OTT player dengan menyediakan layanan berbasis internet.

Tentu saja ini tidak bisa dilakukan sendiri. Operator harus menggandeng penyedia perangkat lunak untuk bersama-sama menyediakan layanan cloud computing bagi pelanggannya--layanan ini biasa dikenal dengan model Software as a Services (SaaS).

Namun sekali lagi, menjadi penyedia layanan SaaS bukanlah hal yang mudah mengingat transformasi dari operator telko yang sekedar berurusan dengan bandwidth. Tapi berhubung potensinya ada, jurus ketiga ini juga patut dicoba.

Dalam bisnis, timbul tenggelamnya sebuah perusahaan adalah hal biasa. Namun tentu saja kita sama-sama tidak berharap terjadinya kematian massal terhadap operator telko, terlebih di negeri ini. Karena fungsi mereka yang vital sebagai penyedia infrastruktur untuk distribusi informasi dan juga fungsi strategis lainnya.

Semoga saja para punggawa operator telko mampu memformulasikan strategi yang paling tepat bagi mereka untuk mampu melalui tantangan ini dengan selamat.

5 Ramalan Tampilan Galaxy S III



Jakarta - Samsung masih mempersiapkan peluncuran Galaxy S III, smartphone Android andalannya. Handset ini akan menjadi suksesor Galaxy S II yang termasuk salah satu ponsel Android tersukses tahun 2011 lalu.

Vendor asal Korea Selatan itu belum mau mengungkap seperti apa bentuk handset kebanggaannya itu. Beberapa pihak pun tergoda untuk membuat sendiri perkiraan wujud Galaxy S III.

Ya, beberapa foto yang diklaim sebagai Galaxy S III bermunculan di internet. Sebagian terlihat palsu, sebagian disebut-sebut mendekati kenyataan dan diklaim berasal dari sumber terpercaya.

Foto 1


Samsung Galaxy S III banyak dirumorkan memiliki layar besar yang melebar hingga tepian handset. Gambar diatas coba menunjukkan ilustrasinya.

7 Bukti Ketajaman Retina Display New iPad



Jakarta - Retina display menjadi salah satu fitur andalan di iPad generasi terbaru. Ketajaman gambar yang dihasilkan diklaim jauh melampaui perangkat tablet PC lainnya.

Bahkan, Apple menyebut resolusi yang dipancarkan retina display di new iPad mencapai 2.048 x 1.536 pixel atau melebihi ketajaman yang disajikan HTDV.

Retina display di new iPad dibuat oleh Samsung. Ia juga dibekali dengan prosesor dual core A5X yang mengutilisasi quad core graphics dan disebut-sebut memiliki saturasi warna 44% lebih baik dari iPad 2.

Mau lihat bukti-bukti ketajaman tampilan yang dihadirkan layar retina di new iPad? Simak di gambar berikutnya.

Berapa Harga BlackBerry 'Murah'?













BlackBerry 9220 (bgr)
Jakarta - Research in Motion (RIM) tengah mempersiapkan BlackBerry 'murah' sebagai penerus Gemini. Semurah apa kira-kira harga handset dengan nama BlackBerry Curve 9220 ini?

Menurut sumber yang dikutip media teknologi BGR, harga BlackBerry Curve 9220 memang terhitung paling rendah jika dibandingkan dengan BlackBerry seri lain. Yaitu di kisaran USD 183 atau sekitar Rp 1,6 juta.

Curve 9220 rencananya akan dipasarkan mulai bulan April 2012 di India. Kemudian baru dipasarkan secara global dan kemungkinan besar menyambangi Indonesia yang sampai saat ini masih berstatus sebagai pasar BlackBerry terbesar.

Selain Curve 9220, ada juga Curve 9320. Seperti dikutip detikINET dari PhoneMantra, Senin (19/3/2012), handset ini adalah versi lebih tinggi dengan kelengkapan konektivitas 3G dan kamera lebih baik. Harganya konon di kisaran USD 245 atau Rp 2,2 juta.

Melihat tampilan layarnya, Curve 9220 sudah memakai sistem operasi terbaru dari RIM yaitu BlackBerry OS 7. Yang menarik, ada tombol terdedikasi untuk mengakses layanan BlackBerry Messenger (BBM) dengan mudah dan cepat.